Rantai evolusi seakan tak berlaku bagi sejumlah spesies. Penampakan mereka tetap sama, dalam kurun waktu berjuta-juta tahun. Mahluk-mahluk itu hidup di hutan, gurun, laut, dan bahkan di halaman rumah kita.
Sebagai 'fosil hidup', mereka memberi gambaran tentang dunia yang hilang."Karena mereka melestarikan potongan kode genetik kuno, mahluk-mahluk itu harus menjadi prioritas konservasi," kata Piotr Naskrecki, fotografer yang mengabadikan gambar mereka.
Naskrecki yang juga seorang ahli biologi adalah penulis buku, 'Relics: Travels in Nature's Time Machine' yang akan diterbitkan November 2011.
Buku tersebut adalah katalog, rekaman perjalanan Naskrecki, ke daerah-daerah, tempat di mana mahluk itu bisa mempertahankan akar genetisnya selama ribuan, bahkan jutaan tahun.
"Buku ini adalah proyek sampingan, dari ketertarikan saya dengan garis keturunan purba ini," kata dia. "Sebagai seorang ahli biologi konservasi, saya merasa mereka layak mendapatkan perhatian, sebagai 'kapsul' yang melestarikan keranekaragaman masa lalu."
Ujung selatan benua Afrika ini memiliki daya tarik bagi para ahli biologi. Daerah seluas 35.000 mil persegi ini memiliki lebih dari 9.000 spesies tanaman.
Phyllomedusa bicolor, katak daun raksasa ini merupakan bagian dari keanekaragaman hayati hutan hujan Guyana di Amerika Selatan.
Belalang betina yang juga hidup di hutan Guyana dan memiliki nama latin Acanthops Soukana ini sedang menunggu mangsanya di sebuah ranting pohon.
Kecoak raksasa ini juga merupakan bagian keanekaragaman hayati hutan hujan Guyana. Makhluk ini dikenal mampu beradaptasi di segala kondisi lingkungan.
Heelwalkers ini hidup di tempat yang panas, kering, di sepanjang pantai barat Afrika.
Wyoming Grig, belalang yang hidup di semak-semak dataran tinggi Wyoming ini merupakan salah satu serangga tertua yang berasal dari jaman Triassic, 250 juta tahun lalu.
0 komentar:
Posting Komentar