Kamis, 12 Januari 2012

Tempat Sampah Canggih dengan Sensor Barcode

Mendaur ulang sampah adalah hal positif dan medukung gerakan pencegahan global warming. Salah satu caranya mendukungnya adalah dengan memilah-milah sampah sejenis dalam satu tempat samaph. Dengan tindakan ini, proses pemilihan sampah yang dapat didaur ulang akan menjadi lebih mudah.

Tapi benarkah memilah sampah itu semudah yang anda bayangkan? Sampah plastik masuk kesini, sampah kertas masuk kesini, sampah metal disebelah sini. Benarkah semudah itu?


Tahukah anda bahwa tidak semua jenis platik bisa didaur ulang? Pernahkah anda memperhatikan bagian bawah dari botol air mineral yang anda minum? Disana biasanya dapat dijumpai tanda daur ulang dengan angka ditengahnya. Tanda inilah yang menunjukkan apakah sampah platik ini bisa didaur ulang atau tidak.


Memang akan sangat ribet jika setiap kali mau membuang sampah kita harus memeriksa kode daur ulang terlebih dahulu.

Nah,, atas dasar ide seperti itulah alat ini diciptakan. Alat ini adalah sebuah tempat sampah pintar yang dilengkapi dengan barcode.


Bagi anda yang belum mengerti apa itu barcode, barcode adalah kode (yang biasanya berupa garis tegak lurus) yang bisa digunakan untuk mempermudah proses identifikasi suatu barang. Aplikasi barcode paling banyak ditemui di supermarket atau swalayan untuk mempercepat proses pelayanan. Si Pelayan tinggal mengarahkan sensor ke arah barcode dan harga akan segera tampil dilayar. Itulah barcode.


Kembali ke tempat sampah pintar ini. Tempat sampah ini dilengkapi dengan sensor barcode pada bagian atasnya. Aplikasinya? saat anda mengalami kebingungan memilih tempat sampah mana yang paling sesuai, anda cukup mengarahkan barcode yang ada pada kemasan plastik yang ingin anda buang ke sensor yang berada di atas tempat sampah. Mesin akan memilih kira-kira tempat sampah mana yang paling pas untuk sampah yang ingin anda buang ini.

Tempat sampah yang berhak meminang sampahnya menurut mesin akan membuka tutupnya. Yang harus anda lakukan hanyalah memasukkan sampah itu ke mulut si tong sampah. And the job done.

Keren bukan konsepnya? Tapi sayangnya, alat ini belum direalisasikan, alias masih sekedar konsep bin Ide. BTW daur ulang dengan sentuhan teknologi terbaru seperti ini sepertinya akan sangat menarik dan mempermudah pekerjaan kita.

Apakah Kita Pribadi To Do, To Have, atau To Be ?

“Kegembiraan terbesar dalam hidup adalah keyakinan bahwa kita dicintai. Oleh karenanya, kita membagikan cinta bagi orang lain.” (Victor Hugo)

Tidak ada yang bisa menghentikan waktu. Ia terus maju. Umur terus bertambah. Manusia pun mengalami babak-babak dalam hidupnya. Saat masuk fase dewasa, orang memasuki tiga tahapan kehidupan.

Ada masa di mana orang terfokus untuk melakukan sesuatu (to do). Ada saat memfokuskan diri untuk mengumpulkan (to have). Ada yang giat mencari makna hidup (to be). Celakanya, tidak semua orang mampu melewati tiga tahapan proses itu.

Fase pertama, fase to do.

Pada fase ini, orang masih produktif. Orang bekerja giat dengan seribu satu alasan. Tapi, banyak orang kecanduan kerja, membanting tulang, sampai mengorbankan banyak hal, tetap tidak menghasilkan buah yang lebih baik. Ini sangat menyedihkan. Orang dibekap oleh kesibukan, tapi tidak ada kemajuan. Hal itu tergambar dalam cerita singkat ini. Ada orang melihat sebuah sampan di tepi danau. Segera ia meloncat dan mulailah mendayung. Ia terus mendayung dengan semangat. Sampan memang bergerak. Tapi, tidak juga menjauh dari bibir danau. Orang itu sadar, sampan itu masih terikat dengan tali di sebuah tiang.

Nah, kebanyakan dari kita, merasa sudah bekerja banyak. Tapi, ternyata tidak produktif. Seorang kolega memutuskan keluar dari perusahaan. Ia mau membangun bisnis sendiri. Dengan gembira, ia mempromosikan bisnisnya. Kartu nama dan brosur disebar. Ia bertingkah sebagai orang sibuk.

Tapi, dua tahun berlalu, tapi bisnisnya belum menghasilkan apa-apa. Tentu, kondisi ini sangat memprihatinkan. Jay Abraham, pakar motivasi bidang keuangan dan marketing pernah berujar, “Banyak orang mengatakan berbisnis. Tapi, tidak ada hasil apa pun. Itu bukanlah bisnis.” Marilah kita menengok hidup kita sendiri. Apakah kita hanya sibuk dan bekerja giat, tapi tanpa sadar kita tidak menghasilkan apa-apa?

Fase kedua, fase to have.

Pada fase ini, orang mulai menghasilkan. Tapi, ada bahaya, orang akan terjebak dalam kesibukan mengumpulkan harta benda saja. Orang terobesesi mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya. Meski hartanya segunung, tapi dia tidak mampu menikmati kehidupan. Matanya telah tertutup materi dan lupa memandangi berbagai keindahan dan kejutan dalam hidup. Lebih-lebih, memberikan secuil arti bagi hidup yang sudah dijalani. Banyak orang masuk dalam fase ini.

Dunia senantiasa mengundang kita untuk memiliki banyak hal. Sentra-sentra perbelanjaan yang mengepung dari berbagai arah telah memaksa kita untuk mengkonsumsi banyak barang.

Bahkan, dunia menawarkan persepsi baru. Orang yang sukses adalah orang yang mempunyai banyak hal. Tapi, persepsi keliru ini sering membuat orang mengorbankan banyak hal. Entah itu perkimpoian, keluarga, kesehatan, maupun spiritual.

Secara psikologis, fase itu tidaklah buruk. Harga diri dan rasa kepuasan diri bisa dibangun dengan prestasi-prestasi yang dimiliki. Namun, persoalan terletak pada kelekatannya. Orang tidak lagi menjadi pribadi yang merdeka.

Seorang sahabat yang menjadi direktur produksi membeberkan kejujuran di balik kesuksesannya. Ia meratapi relasi dengan kedua anaknya yang memburuk. “Andai saja meja kerja saya ini mampu bercerita tentang betapa banyak air mata yang menetes di sini, mungkin meja ini bisa bercerita tentang kesepian batin saya…,” katanya.

Fase itu menjadi pembuktian jati diri kita. Kita perlu melewatinya. Tapi, ini seperti minum air laut. Semakin banyak minum, semakin kita haus. Akhirnya, kita terobsesi untuk minum lebih banyak lagi.

Fase ketiga, fase to be.

Pada fase ini, orang tidak hanya bekerja dan mengumpulkan, tapi juga memaknai. Orang terus mengasah kesadaran diri untuk menjadi pribadi yang semakin baik. Seorang dokter berkisah. Ia terobesesi menjadi kaya karena masa kecilnya cukup miskin. Saat umur menyusuri senja, ia sudah memiliki semuanya. Ia ingin mesyukuri dan memaknai semua itu dengan membuka banyak klinik dan posyandu di desa-desa miskin.

Memaknai hidup
Ia memaknai hidupnya dengan menjadi makna bagi orang lain. Ada juga seorang pebisnis besar dengan latar belakang pertanian hijrah ke desa untuk memberdayakan para petani. Keduanya mengaku sangat menikmati pilihannya itu.

Fase ini merupakan fase kita menjadi pribadi yang lebih bermakna. Kita menjadi pribadi yang berharga bukan karena harta yang kita miliki, melainkan apa yang bisa kita berikan bagi orang lain.

Hidup kita seperti roti. Roti akan berharga jika bisa kita bagikan bagi banyak orang yang membutuhkan. John Maxwell dalam buku Success to Significant mengatakan “Pertanyaan terpenting yang harus diajukan bukanlah apa yang kuperoleh. Tapi, menjadi apakah aku ini?”

Nah, Mahatma Gandhi menjadi contoh konkret pribadi macam ini. Sebenarnya, ia menjadi seorang pengacara sukses. Tapi, ia memilih memperjuangkan seturut nuraninya. Ia menjadi pejuang kemanusiaan bagi kaum papa India.
Nah, di fase manakah hidup kita sekarang? Marilah kita terobsesi bukan dengan bekerja atau memiliki, tetapi menjadi pribadi yang lebih matang, lebih bermakna dan berkontribusi!

Peluang Usaha Menjanjikan di Tahun 2012

Tahun 2011 telah sampai di penghujung. Tahun 2012 segera menjelang. Jika Anda ingin memulai menjalankan usaha di tahun 2012, sebaiknya Anda mulai mencari-cari dan meneliti, peluang usaha 2012 seperti apakah yang kiranya akan menjadi tren dan menjanjikan keuntungan.

Ada jenis-jenis usaha yang dari tahun ke tahun tidak mengalami surut, bahkan cenderung terus meningkat. Berikut ini adalah peluang usaha 2012 yang diperkirakan akan menjadi tren dan salah peluang tersebut dapat Anda ambil untuk dijadikan bisnis 2012.

1. Bisnis kuliner
Ada beberapa fakta menarik tentang bisnis makanan. Fakta pertama: makanan adalah kebutuhan primer, tidak mungkin orang dapat hidup tanpa makan. Fakta kedua: orang-orang makin sibuk dengan karier sehingga tidak lagi punya waktu di dapur. Orang-orang sibuk ini lebih memilih membeli makanan mereka ketimbang memasaknya sendiri. Fakta ketiga: wisata kuliner merupakan kegiatan wisata yang telah dan akan terus menjadi tren. Dari kegiatan ini, orang-orang dapat memuaskan selera makan mereka, juga mendapatkan suasana menyenangkan layaknya orang berwisata. Ketiga fakta di atas adalah indikator kuat bahwa di tahun-tahun mendatang, bisnis kuliner masih akan terus menjadi peluang bisnis yang menjanjikan

2. Binis pakaian
Tren fashion terus berkembang dari waktu ke waktu. Setip saat, bermunculan mode-mode pakaian baru. Orang-orang yang selalu mengikuti tren mode, senantiasa mengubah penampilan, termasuk pakaian mereka, menyesuaikan dengan gaya yang sedang tren. Jelas ini merupakan peluang bisnis 2012 yang sangat menjanjikan untuk diambil.

3. Aksesori
Tren fashion tidak dapat berdiri sendiri. Tren pakaian merupakan satu paket dengan tren akserori, seperti gelang, kalung, tas, sepatu, ikat pinggang, dan pernak-pernik lainnya. Ini berarti, peluang usaha di bidang aksesori pun diperkirakan juga menjadi peluang usaha 2012 yang menjanjikan, sebagaimana bisnis pakaian.

4. Bisnis online
Era digital telah memudahkan orang untuk mendapatkan segala kebutuhannya. Dengan hanya sekali “klik”, barang-barang yang diinginkan akan diantar sampai ke rumah. Kemudahan berbelanja online inilah yang membuat bisnis online terus berkembang.

5. Laundry
Laundry adalah solusi mudah dan murah untuk masalah pakaian kotor, sprei, karpet, bad cover, dan sejenisnya. Ketimbang berjibaku dengan pakaian kotor yang menggunung, orang-orang sekarang memilih menyerahkannya ke laudry dan menerimanya kembali dalam kondisi bersih, wangi, dan rapi, hanya dengan membayar yang tidak terlalu mahal.

Itulah peluang bisnis 2012 yang diperkirakan akan menjadi tren dan menjanjikan keuntungan yang tidak sedikit.

Renungan : "500 Rupiah" Itu Sangat Berarti

500 Rupiah

Agan-agan pasti sudah tidak asing lagi dengan uang "500 rupiah" , banyak hal yg sudah kita lakukan/beli dengan uang itu. terkadang jika kita memiliki uang "500 rupiah" itu di saku celana, dompet, atau kantong tas justru kita sering sekali mengacuhkan uang tersebut , karena menurut kita uang itu tidak berguna untuk kita yah gan .

Ane mendapatkan sedikit cerita nyata yang patut untuk kita renungkan gan tentang seseorang yang memiliki perlakuan beda terhadap uang "500 rupiah" yang mereka miliki. mari gan kita membaca sedikit tentang cerita kisah nyata tersebut .

Pulang kampung kali ini aku menyempatkan diri ke kawasan kota Tua. Ingin merasakan suasana nongkrong bersama para penjual kaki lima, pengamen dan juga para penyewa sepeda Tua.

Suasana kota tua ramai, tapi ada pemandangan lain yang cukup berbeda pada kunjungan sekitar 3-4 tahun yang lalu, kali ini lebih banyak sepeda-sepeda. Kulangkahkan kaki ini ke salah satu bapak yang sedang membetulkan sepeda tua, dan mulai mengajaknya ngobrol, pak sudah lama disini, jawabnya “yah sudah sejak tahun 1970, dulu saya ojek sepeda, sekarang saya menyewakan sepeda”. Sekarang lebih rapi yah pak, bapak itu melanjutkan setelah ditangani museum wayang, kawasan kota tua ini cukup rapi, dan banyak kunjungan-kunjungan turis asing dan juga kunjungan anak2 sekolah.


Memang kawasan ini terasa menjadi lokasi tourisme yang masih menyimpan keaslian bangunan-bangunan ini, walau memang sudah berubah fungsi, banyak bangunan ini jadi tempat shooting film dan pemotretan, karena kesan tuanya dan juga kesan seram dan angkernya.

Perut terasa lapar, dan aku muali mencari makanan yang bisa aku nikmati disini, banyak pilihan, tapi pilihan pertamaku jatuh ke batagor, sepiring batogor 7000 rupiah habis aku lahap, ditemani sebotol teh botol sosro. Saat sedang meminum teh botol itu pandanganku langsung tertuju kepada sepasang pemulung. Cukup kaget karena aku melihat adegan ini lagi, dan kali ini di Jakarta, pertama kali aku melihat seperti ini di China. Si bapak itu mengais tong sampah dan mendapati kaleng minuman, kemudian diminumnya sisa minuman itu, dan diberikan kepada istrinya juga.

Aku duduk di bawah pepohonan sambil mengamati kedua pemulung ini. mereka selalu mencari botol botol bekas minuman, mereka tidak meminta uang kepada para pengunjung kota tua, hanya mencari sisa-sisa botol minuman yang dibuang di tong sampah, atau yang dibuang sembarangan.


Tanpa terduga mereka datang dan mendekatiku, dan hendak duduk disampingku tapi mereka ragu-ragu, karena juga banyak orang yang duduk disitu, melihat itu aku bilang yah duduk disini aja, sesaat mereka duduk di sampingku, bapak-bapak berbaju batik rapi dan ibu-ibu langsung berdiri meninggalkan kami, tinggalah aku dengan kedua pemulung itu, aku tahu para mata sudah tertuju ke arah kami. Karena memang si bapak pemulung ini berbau tak sedap, karena memang dia mengais2 tempat sampah dan juga terjun ke dalam genangan air kotor untuk mengumpulkan botol plastik dan kaleng-kaleng minuman.


Kuperhatikan bapak ini, bajunya memang lusuh, dan sandalnya juga berbeda warna, aku menduga ini juga hasil dari temuannya. Hanya topinya saja yang keliatan bagus. “Dari pagi pak?” aku mulai mengajaknya berbicara. “yah pak harus dari pagi ngumpulin ini, juga harus adu cepat dengan pemulung lain” jawabnya.
“Terus dapat berapa pak nantinya dari botol-botol ini”, Keingintahuanku mulai mengalir. “Satu kilo dihargai 500 rupiah” Sambil diperlihatkan kepadaku hasilnya siang itu.
Tiba-tiba dia berlari, kea rah monument di tengah kota tua itu, karena dia melihat seorang pengunjung membuang botol plastik ke dalam monument yang tergenang air.
Aku pun mengikutinya dan melihat keadaan ini, kesanku sungguh ironis keadaan ini.
Satu kilo botol plastik dihargai 500 rupiah. Kata-kata itu masih terngiang, banyak yang bilang kalau uang 500 rupiah tidak ada artinya lagi, tapi dihadapanku, ada sepasang pemulung yang berusaha mencari 500 rupiah ini dengan susah payah.


Kehadiaran mereka mungkin menjadi pemandangan tersendiri bagi yang memperhatikannya, dan tanpa disadari mereka, mereka juga membersihkan kota tua ini dari sampah yang dibuang sembarangan oleh orang berpindidikan yang belum bisa menerapkan didikannya itu dalam kehidupan mereka.

Tidak mudah memang kehidupan yang mereka hadapi di Jakarta, banyak yang menyalahkan kenapa datang ke Jakarta, banyak yang menyalahkan kenapa tidak sekolah dengan baik, banyak komentar lainnya yang bilang kurang berusaha. Mungkin otak ini sudah penuh dengan kata-kata menggurui, tapi saat aku duduk bersama dan mengobrol bersama, disitu aku hanya merasakan perjuangan hidup mereka berat, mereka tidak menyerah akan hidup yang sedemikian berat. Dan tanpa terasa kisah kehidupan mereka lah yang membuatku mendapatkan pelajaran kehidupan.

Pesan Unique
Hargai rejeki yang kita dapat, berapapun besar nya gan . Karena kita tidak tahu kapan uang "500 Rupiah" tersebut bisa bermanfaat di lain waktu. dan gunakan uang "500 Rupiah" tersebut dengan sebaik-baik nya. 


Quote:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Visitors

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hosted Desktops