Kamis, 17 November 2011

Video Anjing Setia Tunggui Peti Mati Majikan

Seakan tak rela tuannya pergi untuk selama-lamanya, seekor anjing berbaring di dekat peti matinya. Prosesi pemakaman anggota Navy SEAL, Jon Tumilson (35) yang tewas dalam kecelakaan helikopter di Afghanistan, dihadiri 1.500 pelayat dan berlangsung mengharukan.


Namun ekspresi duka yang paling kuat terungkap dalam foto sepupu mendiang, Lisa Pembleton. Yang mengabadikan detik-detik terakhir kebersamaan Hawkeye -- nama anjing itu -- dengan tuannya.

Seperti terlihat dalam foto, anjing jenis labrador itu retriever berbaring di dekat peti mati yang ditutupi bendera Amerika Serikat, sampai prosesi pemakaman berakhir. Anjing itu ikut maju saat rekan Tumilson, Scott Nichols ke depan untuk menyampaikan pidato duka cita. "Saat Nichols bersiap berpidato, Hawkeye tiba-tiba berbaring dekat peti mati." 

Sementara, Lisa Pembleton mengungkapkan alasannya mengambil foto kejadian mengharukan itu. "Saya terdorong untuk mengambil foto dan berbagi dengan keluarga, kejadian mengesankan yang saya lihat di hari itu," kata Pembleton dalam laman Facebooknya.

Berikut cuplikan videonya :



Cerita Mengharukan Dari Vietnam Di masa perang, seorang ibu tega membunuh bayinya demi menyelamatkan banyak jiwa. Terowongan bawah tanah di desa Cu Chi kini lebih dikenal sebagai tempat wisata sejarah yang menarik dan menantang. Namun, lorong bawah yang menjadi basis perjuangan milisi Vietcong dalam perang melawan Amerika Serikat (1959-1975) menyimpan sejumlah cerita kelam. “Banyak turis yang lebih mengagumi kisah heroik para pejuang Vietcong bersama dengan pasukan Vietnam dalam berperang melawan Prancis dan Amerika yang membantu Vietnam Selatan. Namun, ada sejumlah kenangan pahit dan penderita yang dirasakan sekitar 10 ribu pejuang dan warga yang harus berpuluh tahun tinggal di lorong sempit dan gelap,” kata Nhi Nguyen, seorang pemandu wisata di Kota Ho Chi Minh. Satu kisah yang menyayat adalah pengorbanan seorang ibu bermarga Le yang terpaksa membunuh seorang anaknya yang baru lahir demi menyelamatkan nasib banyak orang di lorong bawah tanah. Nhi tidak tahu persis kapan kisah ini terjadi, tetapi peristiwa itu berlangsung saat Vietnam berperang melawan Amerika. “Zaman perang, pemerintah meminta perempuan tidak berhubungan intim dengan pasangannya selama tinggal di terowongan. Namun, seorang perempuan simpatisan Vietcong waktu itu ternyata sudah mengandung,” kata Nhi saat mengantar para turis asal Indonesia dari Kota Ho Chi Minh-populer disebut Saigon-menuju terowongan di desa Cu Chi, yang memakan waktu tempuh lebih dari dua jam. “Ibu itu terpaksa melahirkan di ruang bawah tanah. Namun, selayaknya bayi yang baru lahir, anak malang itu menangis kencang. Ini sangat berbahaya,” kata Nhi. “Padahal tangis bayi itu bisa terdengar di atas permukaan tanah. Ini berisiko membuat pasukan Amerika mengetahui dan menyerang terowongan,” lanjut guide yang cukup lancar berbahasa Indonesia itu. Maka, ibu itu tidak ada cara lain menghentikan tangis anaknya selain membunuhnya. “Hidung bayi itu terus dia bekap sampai putranya tak bergerak lagi,” ujar Nhi. Bagi para komandan dan pejuang Vietcong, langkah ibu Le merupakan tindakan heroik karena bisa menyelamatkan banyak jiwa dari serangan bom artileri dan pesawat tempur Amerika ke terowongan Chu Ci. Namun, perempuan itu menjadi sangat terpukul dan akibatnya fatal. “Dia merasa sangat kehilangan atas kepergian putranya yang terpaksa dibunuh. Maka, setelah Vietnam bersatu dan merdeka pada 1975, ibu itu jiwanya terganggu lalu bunuh diri,” kata Nhi yang terbawa oleh kisah itu hingga sempat berurai air mata. Bosnya, Hung Tran, mengungkapkan bahwa kisah itu kini selalu diutarakan para pemandu wisata setiap kali mereka mengantar para turis ke terowongan Cu Chi. “Masih banyak lagi kisah yang menggambarkan pengorbanan para warga bawah tanah. Banyak di antara mereka yang mati akibat sanitasi buruk dan wabah penyakit. Belum lagi, terkena gigitan binatang dan serangga beracun yang hidup di bawah tanah,” kata Hung. Selain itu, para warga juga terpaksa menggali terowongan baru yang lebih dalam untuk mencari sumber mata air. “Tindakan itu terpaksa mereka lakukan setelah Amerika merusak sungai Saigon dengan bom Napalm yang mencemari air,” kata Hung.

Read more at: http://www.ikadanewsonline.com/2011/11/kisah-seorang-ibu-terpaksa-membunuh.html
Copyright http://www.ikadanewsonline.com/ Under Common Share Alike Atribution
sumber 



0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Visitors

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hosted Desktops