VIVAnews - Pemerintah Zimbabwe, Kamis 29 Januari, akhirnya membolehkan warganya bertransaksi dengan menggunakan mata uang asing. Pasalnya, inflasi yang gila-gilaan di negara Afrika itu membuat mata uang setempat, dolar Zimbabwe, terkesan sudah tak bernilai lagi.
Menurut laman surat kabar The Independent, nilai tukar dolar Zimbabwe dengan mata uang dolar Amerika Serikat (US$) sudah tak lagi realistis. Bayangkan, US$1 sama dengan 20 triliun dolar Zimbabwe!
Selain itu pemerintah juga terkesan mulai main-main dengan mata uang nasional. Buktinya, bulan ini bank sentral menerbitkan uang kertas pecahan 100 triliun dolar Zimbabwe dengan alasan untuk mengatasi inflasi yang nilainya sudah fantastis.
Itulah sebabnya akhir-akhir ini para pebisnis di Zimbabwe sudah malas menggunakan mata uang nasional. Mereka lebih suka bertransaksi dengan US$ atau euro (€) maupun mata uang negara-negara tetangga, seperti Rand (Afrika Selatan).
Selain itu, para pekerja terdidik seperti pegawai kantoran, guru, dokter, bahkan supir bis di Zimbabwe kini menuntut dibayar dalam mata uang US$ atau Rand.
Oleh karena itu pemerintah melalui menteri keuangan sementara, Patrick Chinamasa, mengumumkan bahwa rakyat di Zimbabwe kini boleh menggunakan mata uang asing, yang selama ini dilarang pemerintah.
Saat menyampaikan pidato anggaran belanja negara, Chinamasa mengungkapkan bahwa pegawai masih tetap dibayar dengan mata uang lokal. Namun nilai gaji mereka akan disesuaikan dengan inflasi. Sedangkan untuk tunjangan bulanan, pemerintah akan memberi mereka dalam bentuk mata uang asing.
0 komentar:
Posting Komentar