Bagi JK keberadaan yayasan ini tidak lagi diragukan.
Vote Komodo, Duta Besar Pulau Komodo Jusuf Kalla (VIVAnews/Muhamad Solihin)
VIVAnews - Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla, yang ditunjuk menjadi Duta Komodo, meminta semua kalangan agar bijak dalam menyikapi kempanye pemenangan Taman Nasional Komodo dalam ajang tujuh keajaiban dunia.
Jika ada yang meragukan yayasan itu, kata JK, silahkan saja buka website mereka. Begitu banyak negara, tokoh negara, Presiden, artis dan sebagainya yang ramai-ramai berkampanye soal aset negara mereka masing-masing dalam ajang ini. Foto-foto mereka dipajang di website itu.
"Buka saja situs New7Wonders. Di situ rekam jejaknya jelas, tahun berapa pernah bikin apa, pemimpin negara mana saja yang pernah hadir, banyak sekali pemimpin negara yang ikut serta," kata JK yang kini aktif sebagai Ketua Umum Palang Merah Indonesia ini, kepada VIVANews.com, Rabu 2 November 2011.
Sejumlah pemimpin negara yang pernah berkampanye untuk kemenangan negara mereka adalah Presiden Korea Selatan, Presiden Filipina, tiga presiden Polandia, Benjamin Netanyahu, yang bekerja keras agar laut mati masuk tujuh keajaiban dunia itu.
Jusuf Kalla menambahkan bahwa tiga presiden Polandia -- Lech Walesa, Bronislaw Komorowski and Aleksander Kwasniewski juga bekerja keras memenangkan Masurian Lake District. Begitu juga dengan Presiden Korea Selatan, Lee Myungbak dan Presiden Filipina, Benigno Aquino III.
Sejumlah petinggi negara-negara Arab juga bersama-sama masyarakat mereka bekerja keras memenangkan wilayah mereka. Wakil Presiden dan Perdana Menteri Uni Emirat Arab, Shaikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum secara khusus mempersiapkan dan berkunjung ke Pulau Bu Tinah dan mendukungnya masuk dalam New7Wonders.
Di Afrika Selatan juga, lanjutnya, tokoh-tokoh yang dihormati dan disegani dunia ikut berkampanye. Tiga pemenang nobel dari negeri itu yakni Nelson Mandela, Desmon Tutu, dan FW de Klerk berkampanye guna mendukung Table Mountain dalam ajang tersebut. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bahkan ikut mengajak masyarakat untuk pilih Komodo.
Jadi begitu banyak warga dan tokoh di berbagai negara terlibat dalam kampanye. Dengan melihat semua itu, kata JK, yayasan New7wonders itu bisa dipercaya. Apalagi dia sudah pernah melakukan program ini sebelumnya dan banyak negara dan tokoh yang ikut serta. Jangan melupakan kemampuan mereka menggerakan semua negara itu, hanya karena kita tidak ketemu kantornya.
JK menghimbau agar keraguan sejumlah orang atas yayasan itu, tidak menyusutkan semangat rakyat Indonesia untuk vote dan berkampanye memenangkan Komodo.
"Semangat rakyat Indonesia sedang tinggi-tingginya mempromosikan aset bangsa sendiri, jangan dipadamkan," kata JK.
Menurut JK, kampanye Komodo dengan cara mengirim SMS atau pesan singkat ini merupakan cara paling murah karena dilakukan secara bersama-sama oleh warga Indonesia. Ini membuktikan bahwa jika warga Indonesia kompak, murah sekali bikin iklan.
Duta Besar RI untuk Swiss, Djoko Susilo sebelumnya meragukan keberadaan Yayasan New7Wonders. Djoko sudah sekitar satu tahun menelusuri keberadaan yayasan mempromosikan Taman Nasional Komodo sebagai salah satu keajaiban dunia. Hasil penelusuran tim Kedutaan meyakinkan, yayasan ini palsu.
"Ini yayasan abal-abal. Kami sudah tongkrongi, bukan satu-dua jam tapi satu hari penuh. Tidak juga ditemukan orang-orangnya," kata Djoko Susilo dalam perbincangan denganVIVAnews.com lewat telepon, Selasa 1 November 2011. ( Baca Wawancara Dubes Djoko Susilo dengan VIVANews)
Alamat kode pos New7Wonder Foundation disebutkan berada di Hoeschgasse 8, P.O. Box 1212, 8034 Zurich. Menurut Djoko alamat itu tidak sesuai. Alamat kode pos yang ada seharusnya Hoeschgasse 8, P.O. Box 1212, 8008 Zurich. Dan di lokasi itu tidak ditemukan kantor yayasan, melainkan Museum Heidi Weber.
Ketua Tim Pendukung Pemenangan Komodo (P2K), Emmy Hafild, mengaku heran dengan penelusuran Dubes Joko itu. "Itu museum milik yang punya kok, Bernard Weber. New7Wonders itu punya banyak pegawai dan menyebar di sejumlah negara. Mereka ada di London, Zurich, dan Kanada. Weber itu punya dual citizenship, Kanada dan Swiss. Ini adalah organisasi modern, tak punya overhead cost, operasi mereka lewat dunia cyber. Kami kalau kirim email pasti dijawab. Karyawan mereka tidak berkumpul jadi satu tapi selalu travelling ke 28 negara. (Baca wawancara VIVANews dengan Emmy Hafild)
• VIVAnews
0 komentar:
Posting Komentar