Jumat, 30 Desember 2011

Dalam Deru dan Kilau Monaco


​​​​​Tersemat tepat di antara dua negara paling fashionable di dunia (Prancis dan Italia), dan anggun berdiri di tepi Samudra Mediterania, di sana Monaco berada. Meskipun negara monarki dengan Pangeran Albert II sebagai kepala negaranya ini hanya memiliki luas wilayah sekitar dua kilometer persegi (dimana rata-rata hanya membutuhkan waktu 56 menit untuk berjalan kaki mengitari seluruh negeri), namun dihuni oleh lebih dari 33.000 orang sehingga menjadikan Monaco sebagai negara terpadat di dunia.

Monaco terdiri dari beberapa daerah, Monaco-Ville, La Condamine, Fontvielle, Larvotto Beach, dan tentu saja sang surga permata Mediterania: si Monte Carlo. Dibanding saudara-saudaranya, daerah Fontvielle memiliki kisah yang cukup istimewa karena daerah ini adalah sebuah hasil dari proyek reklamasi yang berlangsung sekitar akhir 1960'an hingga awal dekade 1970'an. Perluasan lahan ini menjadikan Monaco "melebar" sekitar hampir 20%, dan menciptakan gelar "Pangeran Pembangunan" bagi Rainier II.

​Para penduduk asli Monaco disebut sebagai Monegasque, sedangkan orang yang lahir di negara asing namun bermukim di Monaco disebut sebagai Monacoian. Monaco adalah sebuah negara yang tidak biasa karena penduduk aslinya (para Monegasques) justru merupakan minoritas di negeri ini, dimana jumlahnya diperkirakan hanya seperlima dari penduduk Monaco saat ini. 

Monaco terkenal dengan statusnya sebagai surga bermain bagi para orang kaya dan terkenal dari daratan Amerika hingga Saudi Arabia, dan mereka sepertinya tahu benar bagaimana memanfaatkan status, daya tarik dan keeksklusifannya ini. Penyelenggaraan ajang balapan Monaco Grand Prix F1 adalah salah satunya.

Pada pekan terakhir di bulan Mei (tahun ini jatuh pada tanggal 26 hingga 29 kemarin), setiap tahunnya sebuah aksi kebut-kebutan paling bergengsi di musim balap Formula One berlangsung di jalan-jalan kerajaan ini. Para pembalap jagoan memanggil ajang balapan ini sebagai "The It Race," sedangkan Federation Internationale de l'Automobile (FIA) menggelari Monaco Grand Prix sebagai " la creme de la creme of Formula 1" karena nuansa glamor dan prestise yang menyelubungi atmosfer pacuan mesin ini.

​PLekuk dan sudut sirkuitnya yang tajam (dan juga sedikit sempit) menjadikan sirkuit ini sebagai salah satu trek paling menantang dalam scene balap mobil. Berlangsung pertama kali pada tahun 1929 dan semenjak itu setiap tahunnya diselenggarakan oleh Automobile Club de Monaco, event Monaco Grand Prix telah diadakan di bawah naungan tiga generasi penguasa Monaco, yaitu Pangeran Louis II, Pangeran Rainier III dan sekarang Prince Albert II.

Dan apalah artinya berlibur ke Monaco kalau tidak mengunjungi Monte Carlo dan menikmati gilang kemenangan di kasino paling legendaris di dunia ini.

Dibangun oleh arsitek terkenal Charles Garnier pada tahun 1878, Monte Carlo Casino adalah salah satu kasino dengan struktur dan keindahan yang paling mendebarkan bagi setiap jantung dan mata. Ruang atriumnya diaspal dengan marmer paling licin dan paling cemerlang, dan dikelilingi oleh 28 pilar besar, terbuat dari batu onyx. Jadi tak mengherankan kalau si agen 007, James Bond, begitu terpesona dengan kilaunya hingga ia mengunjungi kasino ini dan terlibat perjudian sengit di tiga filmnya: Never Say Never Again, GoldenEye dan Casino Royale. Namun dibalik semua kilau dan gemerincing koin Monte Carlo Casino, kasino ini memiliki sebuah kebijakan yang luar biasa tegas (dan mungkin terdengar sedikit janggal), yaitu tidak mengizinkan warganya (para penduduk Monaco) untuk datang, memasuki dan berjudi di kasino ini. 

Ada satu hal lagi tentang Monaco yang menarik untuk Anda ketahui. Tahukah Anda bahwa bendera Monaco ternyata sama persis dengan bendera Indonesia. Satu-satunya hal yang membedakan diantara keduanya adalah bahwa bendera Indonesia memiliki dimensi yang lebih luas. Sama seperti bendera-bendera lainnya di dunia, Sang Saka Merah Putih memiliki skala ukuran 2 berbanding 3 (2:3), sedangkan Bendera Monako memiliki skala 4 berbanding 5 (4:5). Monaco juga bermain di warna merah dan putih, dan telah mengibarkannya sejak tahun 1339'an, menjadikannya terkenal dengan sebutan sebagai Les Rouge et Blanc, atau si merah dan putih.

Gallery Photo











Monaco Grand Prix F1... la creme de la creme of Formula 1

Monaco Grand Prix F1... la creme de la creme of Formula 1

le Prince Albert II de Monaco... Putra dari Rainier III, Prince of Monaco, dan Grace Kelly


Pangeran Abert dan tunangannya, Charlene Wittstock, mantan atlet renang asal Afrika Selatan

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Visitors

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hosted Desktops